emzhet warehouse

warehouse of articles and theses

Selasa, 08 Juni 2010

EKSISTENSI GURU DALAM MEMBANGKITKAN HARGA DIRI ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan guru saat ini, tidak sama dengan keberadaan guru di saman dulu. Dulu, guru begitu dihormati, ditaati, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Sekarang, kondisinya berubah, guru kadang-kadang hanya dihargai jika didalam kelas, namun jika diluar kelas, ia tidak dihargai lagi. Kondisi tersebut, akan semakin diperparah dengan minimnya respon pemerintah dalam memberikan penghargaan kepada guru seperti dengan upaya meningkatkan kesejahteraan para guru. Disisi lain keberadaan guru semakin diperhadapkan pada kondisi sulit, yaitu dengan semakin banyaknya gangguan-gangguan belajar yang bisa mengakibatkan lemahnya prestasi belajar siswa. Diantara banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya prestasi belajar siswa adalah memupusnya harga diri siswa. Memupusnya harga diri siswa, selain karena faktor bawaan, juga ditengarai karena dampak negatif dari kemajuan teknologi dan informasi.

Anak yang berasal dari keluarga yang berkecukupan serta berpendidikan, umumnya akan menampilkan anak yang pandai dan harga diri yang kuat, namun jika anak yang (berpotensi cerdas) namun berasal dari keluarga yang serba kekurangan biasanya akan diliputi dengan perasaan harga diri yang lemah. Begitupula anak yang berasal dari keluarga yang berkecukupan tapi dengan kehidupan yang agak ‘kacau’ misalnya karena kurang perhatian, ini juga berpotensi untuk melahirkan anak dengan perasaan harga diri yang lemah.

Saat ini, jika kita cermati, apa yang ditayangkan oleh media massa terutama yang dari televisi, maka kita akan melihat betapa banyak tayangan yang unsur edukasinya sangat lemah. Media TV lebih banyak menayangkan acara yang bersifat ‘entertaiment’ (hanya sekedar menghibur) sehingga tidak heran jika dampak dari tayangan-tanyangan yang seperti ini, maka anak-anak kita, bahkan kita pun sebagai orang tua atau orang yang sudah dewasa, kadang ikut terbawa arus mengikuti pola-pola hidup yang dipertontonkan pada acara televisi pada umumnya. Pola hidup hidup yang dimaksud antara lain, ‘konsumerisme’ (serba ingin membeli walaupun tidak begitu diperlukan) ‘hedonisme’ (serba inginnya yang enak-enak saja), atau kehidupan yang menjadikan gaya hidup orang barat sebagai gaya hidup yang ‘harus’ diikuti. Akibatnya secara langsung ataupun tidak langsung anak-anak kita akan terbawah mengikuti pola itu. Jika ada salah seorang anak yang kebetulan dilahirkan dari kehidupan yang berkecukupan maka si anak ini akan mempengaruhi teman-temannya. Anak seperti ini, akan tampil begitu dominan dan ‘harga diri’ yang kuat untuk selalu yang terdepan dalam menceritakan isi film yang ditontonnya, menceritakan alat-alat main yang dimilikinya, uang jajan yang dipunyainya sampai pada membangga-banggakan orang tuanya. Kalau sudah begini, maka anak yang juga kebetulan dilahirkan dari kelurga yang kurang mampu akan tergerogoti dengan perasaan harga diri yang lemah. Padahal kita tahu, banyak anak yang cerdas dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu. Dengan demikian, selain orang tua dituntut untuk mendidik anaknya dengan memberi contoh yang baik, pihak lain yang diharapkan berperan adalah guru disekolah. Seorang guru harus mampu melakukan identifikasi terhadap kasus-kasus dihadapi seperti yang disebutkan diatas, seterusnya guru dituntut mampu melakukan tindakan yang mampu menetralisir ‘kesenjangan’ harga diri tersebut.

Sehingan ke depan, guru betul-betul harus mampu memperdayakan dirinya, agar mampu mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat dengan mensikapinya secara bijak, sehingga fenemona-fenomena ‘aneh’ yang muncul pada diri anak didik ketika di sekolah maupun ketika di luar sekolah guru mampu tampil sebagai pemberi solusi.

B. Rumusan Masalah

Dari paparan diatas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai “eksistensi seorang guru dalam membangkitkan harga diri anak” dari pokok masalah tersebut dirinci ke dalam sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana eksistensi guru saat ini ?

2. Bagaimana pentingnya harga diri ?

3. Bagaimana peranan guru dalam membangkitkan harga diri anak ?

C. Tujuan Penulisan

Adapu tujuan penulisan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui eksistensi guru saat ini

2. Untuk mengetahui pentingnya harga diri

3. Untuk mengetahuhi peranan guru dalam membangkitkan harga diri anak

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dalam tulisan ini adalah :

1. Dapat menjadi bahan pustaka dan bacaan bagi orang tua dan guru dalam upaya membangkitkan harga diri anak.

2. Dapat menjadi bahan komparasi bagi penulis berikutnya yang bekenaan mengkaji masalah yang relevan dengan tulisan ini


Download selengkapnya...

0 komentar:

Posting Komentar