emzhet warehouse

warehouse of articles and theses

Selasa, 08 Juni 2010

PERKEMBANGAN EMOSI ANAK TAMAN KANAK-KANAK

BAB I

PERKEMBANGAN EMOSI ANAK TAMAN KANAK-KANAK

A. Pengertian Emosi

Emosi berasal dari kata emetus atau emovere yang berarti mencerca, yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Menurut Crow & Crow (Sunarti, 2001: 1) “emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak dalam diri individu yang berfungsi atau berperan sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”. Emosi merupakan gejala psikis yang bersifat subjetif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.

Bigot (Suryabrata, 1984: 30) membagi emosi atau perasaan atas :

1. Perasaan Jasmaniah (rendah)

a. Perasaan indriati, yaitu persaaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsangan terhadap pancaindera, seperti; sdap, manis, asin, pahit, panas dan sebagainya.

b. Perasaan vital, yaitu perasan-peasaan yang berhubungan dengn keadaan kasmani pada umumnya, seperti; perasaan segar, letih, sehat, lemah, tidak berdaya, dan sebagainya

2. Perasaan Rohani

a. Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (pikiran dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b. Perasaan kesusilaan atau perasaan etis, ialah perasaan yang berhubungan dengan baik atau buruk. Tiap orang mempunyai ukuran baik buruk sendiri-sendiri yang bersifat individual yang sering disebut norma individual.

c. Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang menyertai atau timbul karena manusia, perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan sesama manusia; untuk bergaul, saling tolong menolong, memberi dan menerima simpati dan antipati, rasa setia kawan, dan sebagainya.

d. Perasaan sosial, ialah perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan untuk hidup bemasyarakat.

e. Perasaan harga diri, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu perasaan harga diri positif, misalnya perasaan puas, senang gembira, bangsa yang dialami seseorang yang mendapatkan penghargaan. Sedangkan perasaan harga diri negatif, misalnya kecewa, tidak senang, tidak berdaya kalau seseorang mendapat celaan, dimarahi, mendapatkan hukuman, dan sebagainya.

f. Perasaan keagamaan, yaitu perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa, misalnya rasa kagum akan kebesaran tuhan, rasa syukur setelah terlepas dari bahaya secara ajaib dan sebagainya.

B. Tahap-tahap Perkembangan Emosi Anak

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa emosi merupakan gejala psikis yang bersifat subjetif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. “Perkembangan emosi menempuh beberapa tahap beriring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak”.(Martoenoes, 1998: 55)

Secara umum Semiawan (2002: 11) membagi perkembangan anak dalam berbagai tahap, dalam uraiannya dikatakana bahwa :

Kemampuan untuk berkembang tahap demi tahap seperti : 1) fase sensoris motor berkembang pada usia 0 – 2 tahun. Fase ini berkembang sensoris motor terdiri dari motorik kasar dan motorik halus/panca indera harus berkembang dengan sempurna. Sentuhan kasih sayang orang tua sangat bermakna pada fase ini. 2) fase prekonkrit operasional (usia 3 – 6). Pada fase ini perkembangan bahsa anak sangat pesat. 3) fase konkrit operasional berkembang pada usia 6/7 tahun s/d 11/12 tahuhn. Pada fase ini rasa ingin tahu anak besar sekali. Anak akan sangat mudah memahami jika diberikan data yang nyata kegiatan proses berfikir mulai nyata. 4) fase berfikir abstrak (usia 12 tahun ke atas). Pada fase anak telah berhasil menyelesaikan hal-hal yang abstrak seperti penerapan rumus, simbol, dan lain-lain.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa terdapat fase-fase perkembangan kemampuan anak. Pada setiap fase kesemuanya proses kesinambuangan yang saling berhubungan dan menentukan fase-fase berikutnya. Proses belajar yang berbeda, juga pengaruh gen yang dibawah menyebabkan adanya perbedaan tiap individu dalam kontesk kemampuannya. Hal ini menyebabkan adanya anak yang kecenderungan emosional dan tidak emosional (Kohlberg, 1995: 77).

Ketika bayi baru lahir, kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada. “Gejala pertamanya ialah keterangan umum yang berlebih-lebihan dan tercermin pada aktivitas bayi” (Rosjidan.1996: 39). Meskipun deemikian, pada saat lahir bayi sudah tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dinyatakan sebagai keadaan emosi yang spesifik.

Sebelum melewati masa neonate, keterangan umum pada bayi yang baru lahir dapat dibedakan menjadi reaksi yang sederhana yang mengesankan tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Reaksi yang tidak menyenangkan dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi secara tiba-tiba, sekoyong-koyong membuat suara keras, merintangi gerakan bayi, membiarkan bayi tetap mengenakan popok yang basah, dan menempelkan sesuatu yang dingin pada kulitnya. Rangsangan semacam itu menyebabkan timbuilnya tangisan dan aktivitas besar. Sebaliknya, reaksi yang menyenangkan tampak jelas takkala bayi menetek. Reaksi semacam itu juga dapat diperoleh dengan cara mengayun-ngayunnya, menepuk-nepuknya, memberikannya kehangatan, dan memopongnya dengan mesra. Rasa senang pada bayi dapat dilihat dari reaksi yang menyeluruh pada tubuhnya, dan dari suara yang menyenangkan berupa mendekut.

Seiring dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan. Sebagai contoh, anak yang lebih muda memperlihatkan ketidaksenangan semata-mata hanya dengan menjerit dan menangis. Kemudian reaksi mereka semakin bertambah yang meliputi; perlawanan, melemparkan benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, berbunyi, dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya umur anak, maka reaksi yang berwujud bahasa meningkat sedangkan reaksi gerakan otot berkurang (Pratidarmanastiti, 1991: 66).

Meskipun pola perkembangan emosi dapat diramalkan, tetapi variasi dalam segi frekuensi, intensitas serta jangka waktu dari berbagai macam emosi dan juga usia pemunculannya. Variasi sudah mulai terlihat sebelum bayi berakhir dan semakin sering terjadi dan lebih menyolok dengan meningkatnya usia anak (Budiningsih, 1984: 33).

Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara jelas lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, meskipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Variasi disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan, taraf kemampuan intelektualnya serta kondisi lingkungan. Anak yang cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Demikian juga anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang pandai. (Masri, 1974: 66)

C. Faktor yang mempengaruhi emosi


Download Selengkapnya...

1 komentar:

link downloadnya udah hilang bro... tolong di update. makasih...
 

Posting Komentar